TARI BURUNG ENGGANG
Tari Burung Enggang atau
biasa disebut Tari Enggang adalah sebuah tarian Suku Dayak Kenyah Kalimantan
Timur. Tari Burung Enggang menjadi tarian wajib
dalam setiap upacara adat Suku Dayak Kenyah. Tari Burung Enggang menggambarkan
kehidupan sehari-hari burung enggang yang biasanya dibawakan oleh wanita-wanita
muda Suku Dayak Kenyah.
Makna dan Fungsi
Menurut kepercayaan orang
Dayak Kenyah nenek moyang mereka berasal dari langit dan turun ke bumi
menyerupai burung enggang. Oleh karena itu, masyarakat dayak Kenyah sangat
menghormati dan memuliakan burung enggang. Sehingga Tari Enggang dapat
dimaknakan sebagai penghormatan Suku Dayak Kenyah terhadap asal usul leluhur
mereka. Bulu-bulu Burung Enggang ini selalu memegang peranan yang penting pada
setiap upacara-upacara adat dan tarian-tarian adat dan juga bentuk-bentuk
Burung Enggang banyak terdapat pada ukiran-ukiran suku Dayak Kenyah.
Ada pula yang mengartikan
Tarian Burung Enggang sebagai simbol perpindahan masyarakat Dayak dari satu
tempat ke tempat lainnya secara berkelompok. Melihat kebiasaan Suku Dayak
pada masa yang lalu selalu berpindah tempat dan menjalani hidup secara nomaden,
dikarenakan Suku Dayak pada masa itu selalu berperang antar suku, sehingga
mereka memilih hidup berpindah-pindah untuk mencari keselamatan
NO
|
SUBYEK
|
DESKRIPSI
|
1
|
Tema
|
Tema dari tari enggang terbang dari kalimantan timur adalah
kebersamaan, yaknimengisahkan tentang perpindahan masyarakat Dayak dari satu
tempat ke tempat lainnya secara berkelompok.
|
2
|
Penari
|
1. Jumlah : lebih dari satu atau berkelompok
2. Usia : gadis kira kira usia 13 – 29 tahun
3. Jenis kelamin : perempuan
4. Peran : menirukan gerak burung enggang yang
terbang secara berkelompok
|
3
|
Gerak
|
Gerak pada tari enggang terbang dari kalimantan timur adalah gerak
imitatif yang menirukan burung enggang yang terbang secara berkelompok,
merupakan simbol dari perpindahan suku dayak secara bersamasama
Gerak pada tari enggan antara lain menganggukk anggukkan kepala,
mengepak ngepakkan tangan, berjalan jinjit, menggerakkan badan keatas dan
kebawah, berputar
a. nganjat
nganjat adalah sebuah gerakan utama atau gerakan khas dari tarian dayak yang menyerupai burung engang gading yang membuka menutup sayap nya dalam gerakan ini melambangkan gerakan molek dari seorang penari dayak tersebut b.ngasai ngasai adalah gerakan yang menyerupai burung engang yang sedang terbang c. purak barik
purak barik adalah sebuah gerakan dasar yang merupakan gerakan
perpindahan tempat
|
4
|
Properti
|
1. Ikat kepala yang berbentuk seperti segitiga
dan biasanya terdapat bulu seperti bulu burung enggang .
2. Sayap sayap yang biasanya berbentuk bulat
atau 3 helai atau lebih sayap
|
5
|
Tata Rias
|
Tata rias dari tari enggang terbang ini sangat sederhana dan tidak
banyak menggunakan make up, yang menyimbolkan tentang kesederhanaan suku
dayak.
|
6
|
Tata Busana
|
1. Pakaian dasar, sebagai dasar sebelum
mengenakan pakaian pokoknya yaitu legging hitam dan korset hitam polos
2. Pakaian tubuh, pakaian pokok yang dikenakan
pemain pada bagian tubuh mulai dari dada sampai pinggul
yaitu rompi dan rok. (rompi dan rok berwarna dasar hitam dengan
motif yang berwarna antara lain : kuning biru putih orange hijau muda dan
sebagainya)
|
7
|
Tata Rambut
|
Rambut di helai biasa atau di tali ke atas
|
8
|
Iringan
|
Menggunakan musik langsung antara lain kendang dsb
|
9
|
Tempat
|
Di dalam dan di luar ruangan
|
10
|
Waktu
|
Kapan saja
|
11
|
Tata Lampu
|
Tata lampu biasa
|
Masyarakat suku Dayak
sangat menghormati burung enggang dan menganggapnya sebagai panglima burung.
Hampir seluruh bagian tubuh burung enggang menjadi lambang dan simbol kebesaran
dan kemuliaan suku Dayak.
Burung enggang juga
dianggap sebagai lambang perdamaian dan persatuan. Oleh karena itu, burung
enggang dapat kita temukan di hampir setiap ruang masyarakat dayak, seperti
pada patung, ukiran, lukisan, pakaian, rumah, balai desa, monumen, pintu-pintu
gerbang, juga di makam-makam.
Bagi orang Dayak,
enggang juga menjadi simbol seorang pemimpin yang ideal. Hal ini dikarenakan
burung enggang terbang dan hinggap di gunung-gunung dan pepohonan yang tinggi,
bulu-bulunya indah, dan suaranya terdengar ke mana-mana.
Sayapnya yang tebal
menggambarkan pemimpin yang melindungi rakyatnya. Suaranya yang keras
menyimbolkan perintah pemimpin yang selalu didengar oleh rakyat. Ekornya yang
panjang menjadi tanda kemakmuran rakyatnya. Secara keseluruhan,
burung enggang menyimbolkan watak seorang pemimpin yang dicintai
rakyatnya.
Tari enggang mengambarkan kehidupan
sehari-hari burung enggang.
Paruh burung enggang
digunakan sebagai lambang pemimpin perang orang dayak. Namun, karena orang
Dayak mengeramatkan burung ini, orang dayak hanya mengambil paruh enggang yang
sudah mati.
Bulu ekornya yang
memiliki warna hitam dan putih digunakan dalam pakaian adat Kalimantan dan
digunakan sebagai kostum dalam tari-tarian saat upacara adat. Para penari adat
menggunakan bulu enggang sebagai hiasan kepala dan jari-jari tangan.
Burung yang panjangnya
bisa mencapai 150 cm ini juga menjadi lambang kesetiaan dan kerukunan. Hal ini
berangkat dari cara hidupnya yang unik. Burung enggang hidup berpasang-pasangan
dan tidak dapat hidup tanpa pasangannya. Burung enggang betina suka bertelur di
lubang pohon. Sarangnya ditutupi lumpur dan hanya menyisakan sedikit lubang.
Saat mengerami telurnya, enggang betina tinggal di dalam sarang. Selama waktu
pengeraman yang berlangsung lama ini (sekitar 4 bulan), enggang jantan akan
memberi makan enggang betina melalui lubang kecil tersebut.
Sekarang, burung
yang berperan dalam penyebaran benih pohon di hutan ini menjadi burung yang
sangat langka dan sangat sulit ditemui di hutan Kalimantan. Penyusutan populasi
enggang berakibat pada pelambatan pertumbuhan benih-benih pohon.
Habitat burung ini
sebagian telah rusak oleh penebangan liar dan pengalihan hutan menjadi
perkebunan kelapa sawit. Belum lagi ulah para pemburu liar. Reproduksi enggang
sendiri makan waktu cukup lama. Harga paruh dan bulu burung enggang yang sangat
mahal menarik orang untuk memburunya.
Kesemuanya berdampak
pada makin langkanya enggang di hutan-hutan Kalimantan. Jika hal ini dibiarkan,
di kemudian hari sangat mungkin kita hanya mengenangnya melalui gambar dan
rekaman video saja, sementara burung aslinya sudah punah dari muka bumi.
Perkembangan
Saat
ini Tari Enggang semacam menjadi tarian wajib dalam setiap even, baik itu dalam
upacara adat Suku Dayak, juga ditampilkan dalam setiap acara-acara kebudayaan
di Indonesia. Kendati
terdapat perkembangan gerak tarinya menjadi Tari Enggang kreasi baru, namun
tidak terlepas dari makna serta filosofi yang terkadung dalam Tari Burung
Enggang, yaitu sebagai bahasa budaya dan mempererat tari persaudaraan antar
suku bangsa yang ada di Indonesia
Kepotong woi
BalasHapus